Senin, 07 Juli 2014

Sikap dan Seruan AGRA untuk PILPRES 9 Juli 2014 Kepada Kaum tani dan Rakyat Indonesia

Kepada Kaum Tani di Perdesaan Seluruh Indonesia; 

Jangan Pilih Calon Presiden penindas kaum tani yang siap Melanjutkan Berbagai Bentuk Kebijakan Perampasan Tanah seperti Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono.


Assalamualikum Wr.Wbr, 
Kami dari pimpinan pusat Aliansi Gerakan Reforma Agraria mengucapkan selamat menjalankan ibadah puasa kepada seluruh umat Islam di Indonesia, kami berharap seruan ini tidak dianggap sebagai propaganda hitam dan tidak dianggap mengangu ketenangan dalam beribadah. 

Kami Juga berharap dan menyerukan agar perbedaan agama dan ras tidak dijadikan dasar untuk meruncingkan pertentangan di tengah rakyat. Tiga puluh dua tahun kaum tani Indonesia telah mengalami tindasan yang tiada tara dibawah pemerintahan fasis Soeharto orde baru, intimidasi, teror, kriminalisasi, hingga pembunuhan terjadi sepanjang waktu terhadap petani yang mempertahankan tanahnya untuk tidak dirampas. selama 32 tahun pula kaum tani telah dengan susah payah terus membangun kekuatan untuk melawan rezim rasis soeharto, hingga pada puncaknya kaum tani bersama suluruh rakyat Indonesia berhasil menumbangkan kediktatoran fasis Soeharto pada tahun 1998. 

Kebebasan berorganisasi, berkumpul dan menyampikan pendapat dimuka umum merupakan buah dari perjuangan panjang dan keras sepanjang 32 tahun dibawah kediktatoran fasis Soeharto, kita semua menyadari bahwa demokrasi yang diraih dalam perjuangan anti fasis dengan penumbangan pemerintahan Orde baru Soeharto belumlah melahirkan demokrasi sejati untuk kaum tani dan rakyat Indonesia, tetapi setidaknya ruang demokrasi telah dimiliki oleh kaum tani dan rakyat Indonesia, sehingga organisasi petani seperti AGRA dan organisasi-organisasi lain tumbuh berkembang pasca tahun 1998, yang kemudian kaum tani memiliki wadah untuk mempersatukan, untuk sekolah sekaligus sebagai alat untuk memperjuangkan masalahnya secara bersama-sama. Sehingga pada perkembangannya tidak sedikit kaum tani berhasil untuk memperjuangkan pengambalian tanah-tanah yang telah dirapas secara besar-besaran di pemerintahan fasis orde baru Soeharto. 

Sepuluh tahun dibawah pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kebebasan kaum tani dikoyak kembali dan berupaya untuk dirampas, berbagai kebijakan dan undang-undang untuk mengekang kaum tani yang berorganisasi dan berjuang terus dibuat. kriminalisasi penangkapan, pemenjaraan hingga penembakan terhadap petani di perdesaan kian meningkat hanya karena petani tidak ingin dirampas tanahnya. Hingga dipenghujung pemerintahan SBY bahkan ditengah umat muslim menjalankan ibadah puasa di bulan suci ini, tidak berhenti untuk terus melakukan perampasa tanah.

Kejadian pertama adalah penangkapan petani Batu Daya-Kalimantan Barat karena konflik agraria melawan perusahaan perkebunan. Penembakan petani di desa Penyang Kalimantan Tengah ketika terjadi penembakan terhadap seorang petani yang mengakibatkan meninggal akibat peluru dari Brimob yang membela perkebunan. Kemudian yang ke tiga adalah bagaimana kejamnya aparat kepolisian dan TNI ketika melakukan intimidasi terhadap kaum tani dan penduduk di pegunungan Kendeng yang menolak pengambilan paksa tanah mereka untuk menjadi pertambangan PT Semen Indonesia. Sementara yang paling terakhir adalah bagaimana drama yang terlupakan di hingar bingar pemilu, ketika terjadi perampasan tanah terhadap 1.200 kepala keluarga di Kerawang yang dilakukan oleh PT Agung Podomoro Land yang dibantu dengan gagah berani oleh brimob dan preman bayaran meskipun jelas secara hukum bahwa tanah tersebut tidak boleh di sentuh sebelum ada kejelasan hukum dari pihak yang saling bersengketa. Kasus-kasus ini hanyalah sebagian kecil yang saat ini terjadi diseluruh pelosok perdesaan dan dialami oleh kaum tani. 

Kami sangat prihatin melihat dukungan yang besar diberikan oleh berbagai pihak kepada calon presiden yang jelas-jelas telah mencatatkan dirinya sebagai penindas dan penghisap utama saat ini. Akan tetapi kami pun menyadari sepenuhnya masih banyak organisasi massa, politisi baik, intelektual baik dan bahkan buruh dan tani yang larut dalam kebimbangan atau terpaksa berada di belakang calon presiden penindas dan penghisap itu. Utamanya, karena dalam pemilu presiden 2014 ini tidak ada calon presiden yang betul-betul bisa mewakili rasa sakit dan mengemban harapan rakyat. Kami berharap dan menyerukan secara khusus agar kaum tani yang masih mendukung calon presiden penindas dan penghisap rakyat tersebut dapat mengekspresikan aspirasinya yang sejati. Yaitu tidak memberikan pilihannya terhadap calon presiden penindas dan penghisap rakyat. 

Kami juga meminta agar seluruh gerakan anti calon presiden penindas rakyat dapat saling membantu dan mengkoordinasikan seluruh aksi dan kampanyenya, bila menyetujui inti seruan ini. Kami tidak lagi bisa membayangkan jika kebebasan yang terbatas ini kemudian dirampas kembali oleh pemerintahan yang fasis seperti orde baru dimasa yang lalu, sebab Apabila gerakan menyampaikan pendapat di muka umum ini dibatasi bahkan ditindas dengan teror, intimidasi, penangkapan, pengadilan dan apalagi dengan kekerasan, kami tidak memiliki pendapat lain kecuali semakin menebalkan keyakinan bahwa kaum tani akan kembali hidup dibawah tindasan kejam pemerintahan yang fasis dan apabila calon presiden penindas rakyat berhasil menjadi presiden, maka wajah demokrasi Indonesia di masa sekarang dan di masa yang akan datang. Demikian seruan dan ajakan kami kepada kaum tani diseluruh Indonesia untuk menentang calon presiden penindas dan yang telah menyatakan kesiapannya untuk melanjutkan pemerintahan Fasis SBY. 

Kami semua menunggu aspirasi sejati rakyat untuk mewujudkan demokrasi sejati yang tanpa penindasan dan penghisapan. Kami juga mengucapkan selamat berjuang bagi kawan-kawan semua semoga keyakinan dan kemenangan senantiasa bersama rakyat. 

Jakarta 8 Juli 2014. 
Pimpinan Pusat 
Aliansi Gerakan Reforma Agraria (PP-AGRA)

 Rahmat Ajiguna 
 Sekjend

Tidak ada komentar:

Posting Komentar