SEJUMLAH aktivis terpaksa mencari sumbangan ke jalan untuk membantu pengobatan Jenihin (27) warga Kapuas Hulu yang menderita tumor ganas stadium empat. Pasalnya, pria asal Desa Nanga Lapung, Kecamatan Putusibau Selatan, Kabupaten Kapuas Hulu itu tak memiliki dana yang cukup untuk pengobatan penyakitnya.
Di kampungnya Jenihin bekerja sebagai petani. Penghasilannya tak mencukupi untuk membayar pengobatan yang mencapai puluhan juta rupiah. Karena itulah sejumlah aktivis yang berasal dari sejumlah lembaga berinisiatif membantu janihin. Mereka mendirikan posko di Bundaran Untan untuk menggalang dana bagi jenihin.
Sudah tiga hari, para aktivis yang berasal dari Front Mahasiswa Nasional, Ikatan Mahasiswa Kecamatan Tebas, Mimbar Untan, Agra, dan Komunitas Solid mencari sumbangan pada pengguna jalan. Sampai Rabu sore, telah terkumpul dana sebesar Rp5,5 juta. “Dana ini akan kami sumbangkan untuk mengobati penyakit Jenihin,” kata Wahyu Setiawan, Sekjen Agra, yang terlibat dalam penggalangan dana.
Jenihin menderita tumor stadium akhir di ususnya. Jenihin sudah menjalani operasi di salah satu rumah sakit swasta di Pontianak. Namun kondisinya membaik. “Kata dokter tumornya sudah menjalar. Kalau mau diobati ususnya harus dibuang. Cara lain dengan kemoterapi,” kata Wahyu.
Menurut Wahyu, kedua cara tersebut sulit dilakukan di Pontianak karena kurangnya perlengkapan. Karena itu, dokter yang merawat menyarankan agar Jenihin dirujuk ke Rumah Sakit Dharmais di Jakarta.
“Masalahnya Jenihin tak punya dana yang cukup. Kita tahu dana untuk berangkat ke Jakarta itu besar. Belum lagi dengan biaya pengobatan di sana,” kata Wahyu. Untuk membantu mengurangi beban keluarga Jenihin tersebut, Wahyu dan rekan-rekannya lantas berinisiatif untuk melakukan penggalangan dana di jalan. Meski sudah terkumpul sejumlah dana, namun belum mencukupi untuk pengobatan Jenihin.
Wahyu mencoba mendaftarkan Jenihin untuk mendapatkan bantuan pengobatan di BPJS. Namun dalam proses pengurusannya, kata Wahyu, cukup berbelit-belit. Salah satu syarat yang memberatkan adalah, keharusan bagi pasien untuk datang langsung dalam proses pengurusan administrasi. “Masalahnya Jenihin baru selesai operasi. Dia masih lemas. Jadi kalau harus dibawa ke rumah sakit untuk mengurus kelengkapan masih kesulitan,” katanya. Wahyu berharap ada kemudahan dalam proses pengurusan layanan BPJS. Sehingga Jenihin bisa segera dirujuk ke Jakarta untuk mendapatkan pengobatan secepatnya. “Kasihan kalau terlalu lama penyakitnya semakin parah. Kami harap bisa dipercepat,” harapnya. (her)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar